Selasa, 25 Desember 2012

PRODUKSOSIAL

GENERASI BERENCANA
Top of Form
Persoalan ledakan penduduk terutama usia produktif harus menjadi perhatian serius semua pihak. Jika tidak, kita harus menghadapi banyak persoalan. Diantaranya, soal lapangan pekerjaan dan bakal terjadi baby boom tahap kedua.
   
Kita tahu, usia produktif berada pada usia kerja dan usia subur.Apalagi, jika kualitas pendidikan rendah bisa membawa akibat  terjadinya pertumbuhan penduduk yang tinggi.   Kualitas manusia yang rendah ini akan mengakibatkan banyak kerugian. Misalnya, kerugian ekonomi jangka pendek antara lain, rendahnya produktivitas, hilangnya waktu produktif, biaya karyawan naik, kapasitas terpakai perusahaan rendah.     Sedangkan kerugian ekonomi jangka panjang yakni mutu tenaga kerja tetap rendah, TKI hanya sebagai tenaga kasar, pertumbuhan ekonomi lamban, dan daya saing di pasar global pun rendah.
   
Kekhawairan kita akan bertambah manakala usia angkatan kerja ini tidak terserap pasar kerja, secara baik. Maka, dapat dibilang, pengangguran merupakan sumber utama kemiskinan massal, baik kemiskinan materi maupun non-material.
   
Menyikapi persoalan ini, BKKBN, terus melakukan edukasi terhadap pelajar dan remaja. Melalui berbagai kegiatan remaja, sudah dilakukan edukasi sekaligus sosialisasi soal pentingnya ber-KB dalam membentuk keluarga.
   
Misalnya, saja, BKKBN di berbagai daerah telah menggelar lomba poster untuk kalangan pelajar di tingkat SMP dan SMA. Program lain yang sudah dilaksanakan adalah seni tari, teater, musik, dan lomba poster. Program ini kita namakan Program GenRe (Genarasi yang Punya Rencana).
   
Melalui kegiatan ini yang diselingi dengan informasi soal KB, kalangan muda memiliki planning (rencana) untuk bagaimana mempersiapkan keluarganya dengan perencanaan yang matang.Sehingga terbentuk keluarga yang ideal yakni cukup dengan dua anak.
   
Untuk itu, BKKBN juga menggandeng sejumlah mitra kerja seperti kelompok seniman, lembaga, hingga bekerjasama dengan SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu).Kita tidak hanya sebatas sosialisasi dan pagelaran sejumlah kegiatan namun memantau cara pandang atau pun persepsi usia remaja dan mahasiswa terhadap konsep GenRe.
    
Remaja dan mahasiswa hendaknya, harus dapat melihat serta merencanakan jauh ke depan, agar dapat mencapai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.

Memantapkan peran GenRe (Generasi Berencana)

Selaras dengan UU No 52 Tahun 1999 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, peran serta remaja dalam Program KB yang dalam hal ini diterjemahkan dalam pelembagaan keluarga kecil bahagia sejahtera menuju penduduk tumbuh seimbang 2015, sangat strategis.

Remaja merupakan salah satu kelompok penduduk yang harus dibina secara terus menerus dan dimantapkan, sehingga memiliki sikap dan perilaku yang mendukung pelembagaan sekaligus pembudayaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).
   
Harapannya, para remaja, mampu menjadikan dirinya dan anak cucunya kelak sebagai manusia Indonesia yang berkualitas, tidak saja cerdas, sehat dan terampil, namun bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki loyalitas, dedikasi, dan disiplin yang tinggi serta berbudi pekerti luhur.

Sebagai subyek, remaja atau generasi muda diharapkan berperan serta aktif mendukung pembangunan keluarga kecil bahagia sejahtera melalui berbagai kegiatan.

Sebelumnya, kita mengetahui ada PIK-KRR, yang kini diubah menjadi Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja). Programnya pun berubah menjadi Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR).
   
Nah, PIK Remaja dengan program PKBR nya sekarang ini diharapkan mampu memfasilitasi terwujudnya “Tegar Remaja” yakni remaja yang tidak saja berperilaku sehat dan terhindar dari risiko Triad KRR (Seksualitas, Napza dan HIV/AIDS) tetapi juga remaja yang mau menunda usia perkawinannya hingga mencapai kedewasaan penuh.
   
Selain itu, bercita-cita mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (KKBS), serta mampu menjadi contoh, model, idola, dan sumber informasi bagi teman sebayanya. Semoga.

Bottom of Form

Manusia dan bakat Lingkungan



A.    Manusia dan Perkembangannya
Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsure kehidupan yang ada pada manusia. Manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan baik dalam segi Fisiologis maupun dalam segi Psikologis. Factor-faktor yang menentukan perkembangan manusia ternyata terdapat bermacam-macam pendapat dari para ahli, sehingga pendapat-pendapat itu menimbulkan bermacam-macam teori yang lain, bahkan ada yang bertentangan satu dengan yang lain. Teori – teori perkembangan tersebut antara lain:
a)      Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh factor-faktor Natives, yaitu faktor-faktor keturunanyang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori ini  sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifst—sifat inilah yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan factor lain yaitu lingkungan, termasuk di dalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemuikakan oleh Schopenhour (Bigot, dkk. 1950).
b)      Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seorang individu akan di tentukan oleh pengalaman-pengalamannya (bisa berupa Pendidikan) yang di peroleh selama perkembangan individu itu. Menurut teori ini, manusia yang dilahirkan bisa di ibaratkan sebagai kertas atau meja yang putih bersih dan belum ada tulisan apapun. Akan menjadi apakah individu itu kemudian tergantung kepada apa yang akan dituliskan di atasnya. Karena itu peranan para pendidik dalam hal ini sangat berpengaruh besar. Pendidikanlah yang akan menentukan  keadaan individu itu di kemudian hari. Teori ini di kemukakan oleh John Locke juga sering dikenal dengan teori tabularasa, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peran.
Apabila dicermati, teori ini merupakan teori yang bertentangan dengan teori Nativisme.
c)      Teori Konvergensi
Teori ini merupakan teori gabungan (Konvergensi) dari kedua teori diatas tersebut. Teori ini dikemukakan oleh William Stern, baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting didalam perkembangan individu. Perkembangan individu  akan di tentukan baik oleh factor yang dibawa sejak lahir (endogen) maupun factor lingkungan (pengalaman dan pendidikan) yang merupakan factor eksogen.
Dari ketiga teori diatas, teori Konvergensilah yang merupakan teori yang di terima oleh para ahli pada umumnya, sehingga teori yang di kemukakan oleh W. Stern merupakan salah satu hukum perkembangan individu disamping adanya hukum-hukum perkembangan yang lain.

B.     BAKAT MANUSIA

Bakat ialah kemampuan atau kebolehan batiniah untuk memahami atau melakukan perkara (subjek) atau sesuatu ilmu yang dibekalkan sejak azali pada seseorang manusia. Bakat yang ada pada seseorang biasanya berbeza dengan bakat yang ada pada seseorang yang lain.
 Biasanya bakat akan berkembang bersama perkembangan fikiran dan fizikal insan. Itupun bergantung pula pada sejauh mana pengembangan bakat itu diusahakan oleh individu tersebut. Bakat atau kebolehan semulajadi yang didorong serta dihidupkan akan membuatkan seseorang itu mudah berhasil dan berjaya dalam subjek tersebut, dibandingkan dengan seorang yang tidak berbakat dalam subjek itu. Orang yang tidak berbakat dalam sesuatu perkara tapi meminati bidang itu, maka untuk beroleh kejayaan kenalah ia berusaha lebih bersungguh-sungguh dan berhempas-pulas daripada seseorang yang berbakat.
 Contoh-contoh bakat yang ada pada manusia ialah; 1. Berniaga 2. Bertani 3. Melukis 4. Menulis 5. Bertukang 6. Mentadbir 7. Menyanyi 8. Memasak 9. Menjahit 10. Berenang 11. Menembak 12. Mengubat orang (bomoh/doktor) 13. Berlakun 14. Mengajar dan lain-lain lagi 15. Kepimpinan dan lain-lain lagi Seorang yang berbakat dalam lukisan akan menjadi pelukis yang handal dan terkenal jika bakatnya itu didorong dan disuburkan.
 Padahal bagi seorang yang tidak berbakat melukis, walaupun dia berusaha bersungguh-sungguh namun belum terjamin dia akan begitu kreatif dalam menghasilkan lukisan-lukisan yang hebat. Seorang yang berbakat dalam berniaga dan dia juga minat berniaga, maka kalau ia didorong dan dipimpin nanti kita akan lihat, di umur mudanya lagi dia sudah berjaya dalam perniagaan yang besar. Berbeza halnya dengan seseorang yang tidak berbakat, kalaupun dia minat berniaga (kerana ingin kaya) dan dia pula didorong-dorong serta dipimpin untuk berniaga, pun hasilnya belum boleh menandingi orang yang berbakat di bidang itu. Kecuali yang beebakat itu kurang dipimpin atau kurang minat untuk berniaga, barulah mungkin orang yang tidak berbakat itu boleh menyaingi taraf perniagaannya itu.
 Di sini disebutkan kaitan rapat antara bakat dengan minat sebagai faktor pendorong dan penentu kejayaan karier seseorang. Bakat dengan minat tidak mesti wujud bersama-sama. Ada orang berbakat dalam sesuatu perkara tapi tidak semesti berminat dalam perkara tersebut. Namun ada juga yang tidak berbakat tapi berminat dengan perkara itu. Dan memang ada juga orang yang berbakat dan minat dalam bidang tersebut.

C.     Hubungan Manusia/Individu dengan Lingkungannya
Telah dikemukakan dalam teori konvergensi bahwa lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu dan teori ini pada umumnya menunjukan kebenarannya. Lingkungan secara garis besar dapat dibedakan:
Lingkungan FisikYaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya tanah, keadaan musim dan sebagainya. Lingkungan alal yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu.
 Lingkungan SosialYaitu merupakan lingkungan masyarakat yang adanya interaksi individu satu dengan individu lain. Keadaan masyarakatpun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Lingkungan Sosial biasanya dibedakan:

Lingkungan Sosial PrimerYaitu lingkungan social dengan adanya hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang lain.
Lingkungan Sosial SkunderYaitu lingkungan social yang hubungan anggota satu dengan yang lain agak longgar.
Hubungan individu dengan lingkungannnya ternyata tidak hanya berjalan searah tetapi terdapat hubungan yang saling timbal balik yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu dan begitu pula sebaliknya.
Bagaimana sikap individu terhadap lingkungan dapat dipaparkan sebagai berikut:
·         Individu Menolak atau menentang lingkungan. Dalam keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan yang ada didalam diri individu.
·         Individu menerima lingkungan.dalam hal ini lingkungan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri individu atau individu merasa cocok dengan lingkungan tersebut.
·         Individu bersikap Netral. Dalam hal iniindividu tidak menerima tetapi juga tidak menolak. Individu dalam keadaan status quo terhadap lingkungan.

Senin, 03 Desember 2012

PENGARUH PERUBAHAN KOGNITIF TERHADAP PROSES PEMASARAN


TUGAS
PEMASARAN SOSIAL
 
 

OLEH:
KELOMPOK 1
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012
NAMA-NAMA KELOMPOK 1
1.     REZEKI RAMADHANI TASRIK             F1D2 10 001
2.     NURULUL AZMIAH ASSAMBO          F1D2 10 002
3.     TEWALI WULANDARI B.                     F1D2 10 003
4.     MUH. ZULFIKAR ADHA                       F1D2 10 004
5.     ISRA FEBRIANTI                                  F1D2 10 006
6.     NUR INSAN AHLAN                             F1D2 10 010
7.      RAFIKA                                                 F1D2 10 011
8.      WAODE KASRAWATI                           F1D2 10 012
9.      WAODE NELLA ARNIANTI                 F1D2 10 014
10.             TENGGO AKING                             F1D2 10 015
11.             HARNIATI                                        F1D2 10 017
12.             DARMA MITRAWATI                                F1D2 10 019
13.             TITIN ADHATUN SYAHRIA                       F1D2 10 020
14.             SRI OKTIVIANI                                            F1D2 10 021
15.             SINTA AYU ARIANTI                                  F1D2 10 022
16.             RENI MUSTIANI                                         F1D2 10 024
17.             FARIZ ASSUCRI RAMDANI S.                  F1D2 10 025
18.             WAHYU APRIRYAN USNAWI                  F1D2 10  026
19.             RABIATUL ADAWIAH                               F1D2 10 027
20.             IIN NOVIANI ZAINUDDIN                        F1D2 10 028
21.             MUH. NOER FAJRIN                                  F1D2 08 061
22.             ANDI ANGGA ABBA                                  F1D2 09 009
23.             WILDA YANI                                                F1D2 09 064
PENGARUH PERUBAHAN KOGNITIF TERHADAP PROSES PEMASARAN SOSIAL
A.   PENGERTIAN  PEMASARAN
Definisi pemasaran menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1.     Stanton (1997), pengertian pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
2.     Kotler (2000), pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan atau inginkan melaluin tahap menciptakan, menawarkan, dan pertukaran.
3.     Teguh Budiarto (1993), pemasaran adalah kegiatan pemasaran untuk menjalankan usaha (profit dan non profit) guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang dan jasa, mendistribusikan, mempromosikan melalui proses pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan pemasaran.
4.     Kotler dan Roberto, pemasaran sosial dapat merubah perilaku seseorang sehingga orang yang semula kurang atau bahkan tidak peduli terhadap perilakunya yang buruk, dapat menjadi seseorang yang peduli terhadap perilakunya dan mau mencoba memperbaikinya karena ia tahu bahwa perilakunya yang buruk dapat mengakibatkan efek yang negatif terhadap proses pendidikan.
5.    Trioso Purnawarman (2001), pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhkan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.
                          Pemasaran sosial adalah suatu proses untuk membuat, implementasi, dan pengawasan program yang bertujuan meningkatkan penerimaan gagasan sosial atau perilaku pada suatu kelompok sasaran. Sementara pemasaran dalam kontek promosi kesehatan adalah keterampilan menajemen dalam mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk memenuhi permintaan konsumen atau klien sehingga memberikan perlindungan maksimal dan atau perbaikan dalam kesehatan mereka (Ewles dan Simnett, 1994) yang dikutip oleh Maulana (2009: 120).
B.    PENGERTIAN KOGNITIF
Pengertian kognitif menurut beberapa pendapat adalah:
1.    Kamus besar Bahasa Indonesia
Kognitif beerrhubungan dengan atau melibatkan kognisi; berdasarkan pengetahuan faktual yang empiris.
2.    Jean piaget
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan, sehingga secara umum kognitif dapat diartikan sebagai potensi intelektual dari tahap: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. Atau kognitif adalah persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional atau akal.(Suparno 2002, hal. 19)
3.    Gagne
Kognitif adalah sebuah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf, pada waktu manusia sedang berpikir. (Djiwandono 2007, hal 170)
C. PROSES PEMASARAN
Proses pemasaran terdiri dari analisis peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisasikan, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran.
Proses pemasaran dapat dijelaskan lebih rinci dalam langkah-langkah sebagai berikut :
·         Langkah ke-1 adalah analisis yaitu dengan membuat inventarisasi kelompok sasaran dan mencari institusi-institusi/stakeholder yang dapat membantu dan bekerjasama.
·         Langkah ke-2 yaitu melakukan riset untuk mengetahui tanggapan masyarakat terutama kelompok sasaran terhadap produk dan jasa pelayanan yang akan diberikan.
·         Langkah ke-3 adalah menyusunan strategi pemasaran. Strategi yang digunakan disini merupakan serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran adalah :
1.      Faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat.
2.      Faktor makro, yaitu demografi atau ekonomi, politik atau hukum, teknologi atau fisik dan sosial atau budaya.
·         Langkah ke-4 adalah monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring adalah proses untuk menemukan kekurangan atau kesalahan pada strategi yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan dari strategi pemasaran telah tercapai atau belum.
·         Langkah ke-5 adalah pelaksanaan proses pemasaran. Kegiatan ini menggunakan media yang telah dipersiapkan untuk menunjang program melalui pesan-pesan sehingga akan mudah diingat oleh masyarakat luas ataupun khususnya bagi konsumen.
C.    PENGARUH PERUBAHAN KOGNITIF TERHADAP PROSES PEMASARAN
8 aspek yang merupakan sasaran-sasaran kognitif berikut ini:
 1. Kebutuhan Kategori (Categori Needs)
Kategori kebutuhan mengacu pada persepsi konsumen tentang kebutuhan yang bisa di penuhi produk tertentu. Pada tahap awal daur hidup produk, kategori kebutuhan kerap menjadi tujuan. Pada tahap ini, konsumen lebih di edukasi tentang manfaat produk.
2. Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Kesadaran merek adalah upaya konsumen mengasosiasikan merek dengan kategori produk.
3. Pengetahuan Merek (Brand Knowledge)
Pengetahuan dan keyakinan merek lebih bersifat ekstensif ketimbang kesadaran merek karena sudah lebih „lanjut‟ dan merupakan pengetahuan tentang ciri khas, benefit, dan makna merek tertentu.
4. Sikap Merek (Brand Atitude)
Merupakan evaluasi merek dalam kaitannya dengan preferensi. Sikap merek bisa menjadi suatu efek global (“saya suka merek ini”) atau suatu evaluasi keyakinan konsumen yang di artikulasikan.
5. Fasilitasi Perilaku/pembelian
Fasilitasi pembelian berupa informasi tentang bagaimana dan dimana konsumen bisa membeli, termasuk lokasi toko dan metode pembayarannya.
6. Niatan perilaku/pembelian
Niatan/intense yaitu rencana konsumen untuk mengunjingi toko tertentu atau membeli produk atau merek tertentu dimasa datang atau rencana melakukan perilaku tertentu.
7. Perilaku, Pembelian
Store traffic, patronase toko, pembelian merek tertentu atau perilaku spesifik lainnya, seperti mengembalikan kartu respon atau panggilan telepon ke nomor bebas pulsa meminta informasi lebih lanjut. Sasaran komunikasi bisa diarahkan untuk mengubah atau menguatkan perilaku ini.
8. Kepuasan Pasca Beli 
Meningkatkan kepuasan pemakai produk pada merek kerap menjadi tujuan. Khususnya barang consumer (Fast Moving Consumer Goods - FCMG), hal ini bisa ditetapkan sebagai sasaran komunikasi terpenting bh dalam merawat konsumen. (Sulaksana, 2003)
Dari sudut pandang kognitif, pemasaran sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mencari penjelasan. Pendekatan kognitif sering tergantung pada konsep-konsep pemasaran sebagai arahan mengembangkan strategi. Dalam pandangan kognitif terdapat dua asumsi yang mendasari konsep pemasaran, dimana tindakan pemasaran harus didasarkan pada suatu upaya untuk memuaskan kebutuhan dalam kondisi yang menguntungkan. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen memiliki sesuatu yang disebut ”kebutuhan”, yang berupaya dipuaskan melalui pembalian dan pengkonsumsian. Kedua, diasumsikan bahwa konsumen memiliki otonomi dan pikiran yang rasional, serta seorang pengambil keputusan yang pilihan dan pembeliannya umumnya dikontrol oleh diri sendiri. Pandangan ini juga menyadari bahwa strategi pemasaran mencoba mengubah pengaruh dan kognisi konsumen, seperti kepercayaan dan sikap, tapi biasanya mengingkari bahwa pemasaran dapat menciptakan kebutuhan dan keinginan atau bahkan memodifikasinya.
Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Ada enam tingkatan dalam domain ini, yaitu:
1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari. Tahu merupakan suatu tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan didapat menginterpretasikan materi secara benar.
3) Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).
4) Analisis (analysis), suatu kemampuan untuk menjabarkan materi dari suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur suatu organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justification atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan criteria yang telah ada .

Pandangan Kognitif
                Pada Pandangan kognitif, dalam mengkaji konsumen lebih difokuskan pada apa yang dipikirkan oleh konsumen. Beberapa pendekatan kognitif mencoba menerapkan teori kognitif dalam menjelaskan perilaku nyata. Beberapa ahli perilaku memandang kejadian kognitif sebagai perilaku samar yang harus diteliti dengan cara yang sama seperti pada perilaku nyata. Ahli perilaku lainnya melihat kejadian kognitif tidak lebih dari sekedar kata yang mungkin berguna untuk tujuan komunikasi tetapi kurang berguna sebagai suatu penjelasan ilmiah. Pandangan kognitif (cognitive view) didasarkan pada riset tentang topik seperti pemrosesan informasi dan ilmu kognitif yang sedang berjalan.
Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku (behavior approach) didasarkan pada suatu pandangan yang sedang berlaku saat  ini yang disebut “ analisis perilaku terapan”. Pendekatan perilaku lebih menekankan pada perilaku nyata apa yang dilakukannya, yaitu perilaku yang dapat diamati langsung dan diukur.
Secara umum terdapat dua manfaat dari pendekatan perilaku konsumen, yaitu untuk mengembangkan dan mengevaluasi strategi pemasaran. Pendekatan perilaku konsumen dapat digunakan untuk mengembangkan strategi dalam rangka mempengaruhi kemungkinan pembelian tanpa mengubah sikap pra pembelian, misalnya mengembangkan promosi yang dapat meningkatkan akses informasi. Pengembangan strategi tersebut harus memperhatikan tahapan perilaku dalam proses pembelian. Terkait dengan evaluasi strategi pemasaran, pendekatan perilaku dapat digunakan untuk mengkaji kefektifan promosi penjualan, yaitu dengan mempelajari dampak promosi terhadap perilaku konsumen. Oleh karena itu, harus didukung pengetahuan tentang jenis dan bentuk promosi.
Ada beberapa perbedaan antara pandangan kognitif dan pendekatan perilaku dilihat dari segi:
a)            Perbedaan posisi dan asumsi
b)            Pendekatan riset dan praktis
c)            Pandangan pemasaran
Pemasaran sosial memiliki tujuan mengubah kebiasaan dari konsumen. Konsumen yang dimaksudkan adalah masyarakat secara umum. Pemasaran social mencoba untuk mengubah kebiasaan yang tidak positif menjadi positif. Oleh karena itu keberhasilan dari sebuah pemasaran sosial terlihat apabila telah berubahnya pola kebiasaan dari masyarakat yang tidak positif menjadi positif.
 Jenis pengetahuan akan digunakan untuk menentukan perlakuan kepada tiap sasaran baik dari pola pendekatan, jenis kegiatan, cara berkomunikasi sampai kepada menentukan pesan yang disampaikan kepada target kelompok tersebut. Pengetahuan tersebut juga penting untuk memastikan kesesuaian antara masalah yang ada dengan target kelompok yang dituju, sehingga tidak terjadi perlakuan yang tidak tepat dengan kebiasaan dari kelompok yang menjadi target pemasaran .
Kognitif/Kognisi seseorang yaitu pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan obyek sikap dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi yang ditimbulkannya biasanya mengambil bentuk kepercayaan, yaitu, kepercayaan konsumen bahwa obyek sikap mempunyai berbagai sifat dan bahwa perilaku tertentu akan menimbulkan hasil-hasil tertentu. Kemudian dalam pemasaran juga ada yang namanya Teori ketidakcocokan kognitif. Dimana teori ini mengemukakan bahwa pemikiran yang bertentangan, atau informasi yang tidak cocok, yang mengikuti keputusan pembelian dapat mendorong para konsumen untuk mengubah sikap mereka untuk membuatnya sesuai dengan tindakan mereka,  teori ini harus diwaspadai dalam pemasaran social karna tentunya akan mempengaruhi proses pemasaran. Dalam memasarkan ide dan kebiasaan, konsumen mendapatkan pengetahuan dimana hal tersebut nantinya akan mengubah kebiasaan yang tidak positif dari konsumen. Pemasar membangun pengetahuan dalam diri konsumen sehingga konsumen tergerak untuk berubah untuk tidak memiliki kebiasaan yang tidak positif.
Pengetahuan atau kognitif sangat perpengaruh terhadap proses pemasaran dimana adanya pengetahuan adopter akan mengetahui adanya keberadaan sebuah produk dan mempengaruhi presepsi adopter terhadap suatu produk. Dari persepsi kemudian akan muncul yang namanya perilaku konsumen. Apakah itu menolak produk yang ada atau atau menggunakan produk tersebut. Pengetahuan adopter tentang akan baiknya suatu produk social akan memperlancar proses pemasaran. Jadi dengan adanya pengetahuan dari adopter pemasaran tidak akan menjadi sulit karena adopter tersebut telah mengetahui baik tidaknya produk.
Sebagai contoh: masyarakat yang tadinya tidak mengetahui bahaya  mengkonsumsi rokok secara terus menerus tetapi setelah mendapat info tentang bahaya rokok ia mendapatkan pengetahuan dan pemahaman lebih mengenai bahaya rokok dan suatu ketika ada yang namanya program anti rokok untuk mengurangi kebiasaan merokok. Orang tersebut kemudian karena perubahan pengetahuannya mengenai bahaya rokok ia kemudian memutuskan untuk mengikuti program tersebut sehingga ia bisa berhenti dari kebiasaannya merokok. Pemasaran social dengan produk social anti rokok akan berjalan dengan lancar karena adanya dukungan yaitu pengetahuan dari adopter sendiri.
Jadi, pengaruh perubahan kognitif sangat mempengaruhi proses pemasaran terutama pemasaran social.
DAFTAR PUSTAKA
ilmumanajemenpemasaran.wordpress.com
Jurnal Perbandingan Pengaruh..., Muchsin Attamimy, FE UI, 2009